SEMARANG
– Indonesia banyak akan kebudayaan, terutama Jawa Tengah yang amat kental
dengan budaya tradisional. Kota Semarang juga merupakan kota yang penuh budaya,
tradisi, dan sejarah. Demi melestarikan kebudayaan, salah satu sanggar di
Semarang, yaitu Sanggar Greget tetap berdiri dengan kokoh selama puluhan tahun
mengajarkan seni tari tradisional pada murid-muridnya.
Dengan
rutin, sanggar pimpinan Yoyok B. Priyambodo ini selalu menyajikan tarian-tarian
tradisional Indonesia dalam pentas seni Penyajian Sanggar Greget. Penyajian
tari tersebut rutin diadakan 2 hingga 4 kali dalam setahun.
Dan
baru saja pada Jumat (21/12) lalu, Sanggar Greget menyajikan tarian dalam acara
Penyajian Tari dan Wisuda Anak Angkatan XIII di Museum Ronggowarsita, jalan Abdurrahman Saleh 1 Semarang.
Dengan lihai acara tersebut dikemas apik lebih dari penyajian tari sebelumnya.
Dalam Penyajian periode September-Desember 2012 ini Greget menggarap konsep
nusantara. Jadi tidak hanya tari-tarian tradisional Jawa klasik saja, tetapi
juga tari kreasi bahkan tari nusantara. Dan konsep ini akan dipakai terus untuk
Penyajian Tari selanjutnya.
Gedung Serbaguna Museum Ronggowarsita |
Dengan
11 tarian yang dibawakan oleh para siswa Sanggar Greget mulai dari anak hingga
dewasa, acara tersebut berlangsung dengan meriah. Gedung museum pun penuh
dengan penonton yang merupakan anggota keluarga dari siswa-siswa hingga
masyarakat kota, karena acara tersebut dibuka untuk umum. Bahkan dihadiri
langsung oleh dosen-dosen ISI (Institut Seni Indonesia) Surakarta.
Tari Piring yang merupakan tari nusantara (Sumatera) ditampilkan oleh siswa kelas Anak Semester VI |
Tari Sekar Cemani ditampilkan oleh siswa kelas Dewasa Semester I |
Tari Merdeka merupakan tari kreasi yang ditampilkan oleh siswa kelas Anak Semester II |
Tari Larasati Kridha merupakan tari klasik, ditampilkan oleh siswa kelas Dewasa Semester IV |
Tari Piring (Sumatera) ditampilkan oleh siswa kelas Dewasa Pemula |
Tari Pesisiran merupakan tari Banyumasan ditampilkan oleh siswa kelas Dewasa Semester VIII |
Tari Sekar Rinonce ditampilkan oleh siswa kelas Anak Semester IV |
Tari Kodok Ngorek ditampilkan oleh siswa kelas Anak Pemula |
|
Tari Klono Topeng merupakan tari klasik keraton, ditampilkan oleh siswa kelas Dewasa Semester VIII |
Tarian-tarian karya Yoyok B. Priyambodo ini mampu memukau seluruh penonton Museum
Ronggowarsita. Tentunya juga dengan bakat dan usaha para penari yang luar
biasa, sehingga mampu menarikan tarian-tarian tersebut dengan greget.
Acara penyajian tari tersebut juga sekaligus acara Wisuda Anak Angkatan XIII. 14 siswa kelas Anak Semester VI secara resmi lulus dengan memenuhi syarat dan nilai. Dan penyematan toga, samir, dan piagam penghargaan dilakukan secara resmi oleh dosen ISI Surakarta. Dan mereka yang telah lulus berhak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu kelas Dewasa dalam pendidikan Sanggar Greget.
Acara penyajian tari tersebut juga sekaligus acara Wisuda Anak Angkatan XIII. 14 siswa kelas Anak Semester VI secara resmi lulus dengan memenuhi syarat dan nilai. Dan penyematan toga, samir, dan piagam penghargaan dilakukan secara resmi oleh dosen ISI Surakarta. Dan mereka yang telah lulus berhak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu kelas Dewasa dalam pendidikan Sanggar Greget.
Prosesi Wisuda Anak Angkatan XIII |
Penyematan buku rapor |
Siswa-siswa Sanggar Greget pun banyak yang meraih prestasi. Diantaranya Wisudawan Terbaik, Penyaji Terbaik, dan Siswa Teladan. Prestasi-prestasi tersebut diberikan beserta piala dan piagam penghargaan.
Piala-piala penghargaan prestasi |
“Dalam
melestarikan budaya, jangan tanggung-tanggung, kita juga harus belajar
kebudayaan daerah lain, maka dengan demikian pengetahuan kita tentang budaya
Indonesia akan semakin luas. Beragam kebudayaan tradisional negara kita ini
semuanya indah. Maka kita memang seharusnya bangga dengan itu semua”, ujar
Yoyok, seorang seniman sekaligus pimpinan Sanggar Greget.
Tidak hanya dalam pentas seni yang Ia adakan, sanggar yang sudah berkali-kali tampil ke ranah internasional ini juga selalu memukau penonton dalam setiap penampilannya di berbagai acara.
Dan dalam Februari mendatang, Greget diberi kepercayaan oleh Duta Besar Indonesia di Singapura untuk berpartisipasi dalam acara Chingay Parade Singapore 2013 sebagai perwakilan Indonesia. Dalam acara internasional yang dihadiri oleh puluhan negara diseluruh dunia itu, Greget berpartisipasi yang kedua kalinya, yang sebelumnya dalam Chingay Parade 2011 mampu membanggakan nama Indonesia.
Maka
memang sudah seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia bangga akan kebudayaan
negara kita. Dengan mengembangkan kebudayaan Indonesia, kita bisa melestarikan
dan mempertahankan warisan leluhur kita ini. Karena kebudayaan-kebudayaan
Indonesia merupakan aset negara yang tak ternilai harganya. (Devi)